JAKARTA (Lombokexpress.id)– Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus melakukan sinergi dengan berbagai pihak. Salah satu yang terkini, BNPT siap merangkul generasi muda Papua melalui Gerakan Papua di Hati. Gerakan di Bumi Cendrawasih ini diprakarsai BAMAG yang merupakan Lembaga Keagamaan Kristen (LKK). Dalam rangka mendukung Papua di Hati, BNPT akan mendata anak muda Papua yang berhak menerima manfaat dengan berkeadilan.
Kepala BNPT, Komjen Pol. Dr. Boy Rafli Amar, M.H., mengatakan pihaknya bakal mengerahkan sumber daya yang ada untuk menyusuri data terkait calon penerima manfaat Gerakan Papua di Hati.
“Kita bisa pilih keluarga-keluarga yang pernah menjalani masa hukuman terutama perkara-perkara yang terkait dengan pencorengan lambang negara seperti melakukan pengrusakan bendera atau kerusuhan. Anaknya kita akan bantu,” kata Boy Rafli di Jakarta, Rabu (3/7).
Pemilihan pihak-pihak berkategori khusus ini disesuaikan dengan orientasi gerakan. BNPT dan BAMAG LKK juga mencoba untuk melakukan tindakan preventif berkelanjutan guna mencegah generasi muda dari ancaman polarisasi sekaligus upaya deradikalisasi kelompok dan keluarga mereka.
Secara rinci, BNPT akan berkoordinasi dengan Kemendikbud untuk menyiapkan program bantuan Program Indonesia Pintar yang akan disalurkan dalam bentuk Kartu Indonesia Pintar (KIP) kepada 100 generasi muda Papua.
Kepala BNPT juga mengajak masyarakat untuk menjauhi cara-cara kekerasan dalam mencapai tujuan. Persatuan dan kesatuan, menurut dia, harus diutamakan di atas segala kepentingan golongan.
“Kekerasan itu bukan cara hidup masyarakat Indonesia. Maka, semangat persatuan dan kesatuan kita gelorakan terus agar tidak ada lagi polarisasi,” katanya.
Ketua Umum BAMAG Indonesia Agus Susanto menguraikan Gerakan Papua di Hati menjadi suatu program yang dapat mengubah paradigma negatif tentang Indonesia, khususnya di mata generasi-generasi muda Provinsi Papua dan Papua Barat.
Padahal, kata dia, Papua merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Gerakan ini bermakna Papua ada di hati masyarakat Indonesia. Jadi, ini momen kita bisa mengubah paradigma mereka dalam melihat Indonesia. Ada sebuah pemulihan di mana mereka akan tahu bahwa Papua adalah bagian dari Indonesia yang tidak terpisahkan. Pendekatan ini juga merupakan soft deradikalisasi yang bisa kita lakukan,” katanya.
Gerakan ini akan dilakukan dengan model literasi, edukasi, dan bantuan programatik yang bertujuan merangkul generasi muda Papua, terutama menghindarkan mereka dari tendensi-tendensi untuk mengafirmasi gerakan kekerasan dan paham radikal.
Agus juga mengapresiasi model pendekatan pentahelix yang merangkul berbagai pihak untuk berkolaborasi. Model pentahelix dinilai sebagai solusi yang tepat dari penanganan radikal terorisme.
“Kami atas nama pengurus BAMAG Pusat mengapresiasi model pendekatan pentahelix yang menurut pemikiran kami itulah yang dibutuhkan dalam penanganan radikal terorisme. Sebab, radikal harus dilawan dengan pengertian radikal itu sendiri dan menggandeng multi pihak lintas kalangan dan lintas agama,” kata dia. (bnpt/has)