SENTUL, LOMBOKEXPRESS.ID- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI) menjelaskan peran mitra deradikalisasi dalam program deradikalisasi saat menerima kunjungan RRG dan ISD Singapore. Dimana, salah satu perannya adalah menceritakan bagaimana proses mereka terpapar ideologi yang salah.
“Terorisme ini bisa menyerang siapa saja, maka dalam penanggulangan terorisme kami menggandeng mereka yang secara langsung telah mengalami dan pernah terpapar. Sehingga, mereka bisa menceritakan pengalamannya secara langsung. Kami gandeng menjadi mitra deradikalisasi” jelas Direktur Deradikalisasi BNPT RI Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, S.E., M.M., dalam kegiatan Visitation RRG dan ISD Singapore ke BNPT RI di Kantor Pusat BNPT pada Selasa (21/11).
Dalam kesempatan ini, dirinya juga menjelaskan perbandingan regulasi penanggulangan terorisme antara Indonesia dan Singapura.
“Dalam menghadapi virus ideologi kita bagi dalam 3 tahap cluster. Pertama yang masih moderat tapi rentan terpapar, kedua sudah terpapar virus ideologi yang salah tapi tidak sadar, ketiga mereka yang sudah berpaham radikal dan sudah masuk dalam jaringan teror. Tahapan ketiga ini baru kami bisa bekerjasama dengan Densus dan melakukan program deradikalisasi. Sementara, di Singapura dari cluster pertama sudah bisa dilakukan pre-emptive justice,” tambahnya.
Pimpinan delegasi RRG, Mr. Salim bin Mohamed Nasir menjelaskan Singapura melihat Indonesia sebagai negara yang mampu menangani tantangan penanggulangan terorisme dengan positif.
“Kami mau belajar dari pakar – pakar penanggulangan terorisme di BNPT RI. Indonesia kami lihat mampu menghadapi segala tantangan penanggulangan terorisme dengan positif, jadi kami belajar dari Indonesia”jelasnya.
Perwakilan Mitra Deradikalisasi, Sofyan Tasuri menjelaskan mengapa banyak kalangan tertarik mengikuti jaringan teror.
“Akar terorisme adalah intoleransi dan radikalisme, kelompok – kelompok ini menyajikan agama secara instan dan terlihat peduli pada perkembangan agama padahal mereka tidak membawa ruh – ruh agama dalam aktivitasnya,” jelasnya
RRG sendiri telah berdiri sejak tahun 2001. Berawal dari kesadaran cendekiawan – cendekiawan singapura untuk membantu pemerintah dalam menangani ekstremisme dan radikalisme di kalangan masyarakat umum, institusi keagamaan, dan pendidikan. (bnpt/has)